Rabu, 15 Oktober 2014

Ridho-mu, prinsip-ku

Aku sadar..
menikah memang butuh kesiapan..
salah satunya kesiapan bahwa aku tak bisa se"bebas" dulu
dulu pun sebenarnya juga tak sepenuhnya "bebas"...
maka dari itu aku siap menikah :)

Sayang...
ketika ijab qobul telah dilaksanakan, maka tanggung jawab orang tuaku atas aku
berpindahtangan padamu
ketika dulu aku bisa mematuhi larangan orang tuaku..
sudah seharusnya kini aku mematuhi laranganmu..
aku yakin, kamu melarang pasti ada alasan
maka dari itu, jangan pernah sungkan untuk melarangku
jika memang itu lebih baik untukku menurut syari'at Nya

Mungkin ada sedikit kecewa ketika kau melarangku,
melakukan apa yg menjadi passion ku
Yah..mungkin aku yg terlambat menemukan passion ku
kenapa tidak dari dulu ketika masih lajang (hehe)
barangkali karena dulu fokusku adalah tanggung jawab pada orang tuaku
yang telah susah payah menghidupi ku
sehingga fokus-ku hanya bersungguh2,,
menyelesaikan studi dgn nilai baik dan tepat waktu

Tapi bukan berarti aku marah..
diam-ku setelah larangan-mu..
lebih karna aku meredam emosi karna omongan2 di luar sana
"ih..bojomu gak asyik banget tah"
"masak kayak gitu dilarang.."
"ah..besok2 gak usah ngajak kamu aja.." dst-nya
dalam hatiku..Oh, ada ketidakpahaman..
bahwa tanggung jawab seorang suami itu amat besar. Bukan begitu, sayang?
Tapi, untuk lepas 100% dari mereka, terus terang aku belum bisa
karna bagaimana pun aku butuh mereka
yg bisa menghilangkan kepenatan ku dengan aktivitas harianku
sekedar sharing, menambah pengalaman atau tertawa lepas menikmati alam bebas
yg jujur tanpa kepura-puraan..
mengatakan tidak suka kalau memang tidak suka
yg tulus dan apa adanya
tanpa topeng atau kemunafikan seperti yg lain
yg "menjaga" ku di tengah lingkungan yg penuh sandiwara

Jika aku sedang diam,
jangan jauhi aku..
tapi dekati aku..
peluk aku..
tenangkan aku..
aku tidak akan marah atau pun sakit hati..
aku tidak ingin menjadi penghalang
antara dirimu dan jannah-Nya
karena ke-durhakaan-ku..
prinsipku..
Ridho-mu adalah kebahagiaan-ku